Fenoma Alam yang Sedang Viral, Hujan Es Batu Es di Surabaya-Cianjur Karena Awan Cumulonimbus

NajicaBeberapa wilayah Jawa dan sekitarnya dilanda fenomena pada Minggu (20/2) dan Senin (21/2).

Netizen di banyak tempat mengabadikan momen ketika batu es jatuh dari langit, menghantam atap dan jalan, ketika hujan badai dan angin kencang.

Di Surabaya, hujan batu es terjadi pada Senin (21/2) siang, tepatnya sekitar pukul 14.50 WIB. Es yang mengguyur tanah berukuran sekitar ibu jari orang dewasa.

Fenomena alam serupa juga terjadi di Cianjur pada hari yang sama, menyebabkan beberapa lokasi mengalami padam listrik. Sehari sebelumnya Minggu (20/2), hujan batu es melanda provinsi Lampung, tepatnya di Lampung Barat.

BMKG menjelaskan bahwa fenomena hujan batu es ini termasuk fenomena cuaca ekstrem.

Kasi Data dan Informasi BMKG Klas I Juanda Sidoarjo Teguh Tri Susanto mengatakan, dalam ilmu meteorologi hujan batu es juga disebut dengan hail, dan awan cumulonimbus adalah biang keroknya.

"Hail adalah presipitasi yang terdiri atas bola-bola es yang mempunyai garis tengah kurang dari 5 milimeter," kata Teguh, seperti dikutip dari akun Instagram BMKG Juanda.

"Ketika downdraft (aliran udara ke bawah) dari awan Cb cukup tinggi didukung juga suhu permukaan atau daratan cukup dingin, maka hujan dari awan Cb jatuh dalam butiran es," Lanjutnya.

National Geographic melaporkan, hailstorm tercipta ketika air di awan badai menempel satu sama lain dan membeku. Tetesan ini kemudian jatuh keluar dari awan, namun angin yang kencang mendorong tetesan beku ini masuk kembali ke awan, dan menambah lapisan tetesan air beku tersebut sehingga bertambah besar.

Ketika ukurannya membesar, tetesan yang sudah menjadi kerikil ini sudah terlalu berat untuk ditahan awan, sehingga jatuh ke bumi dalam bentuk bola-bola es kecil.

Padatan es ini dapat merusak bangunan dan kendaraan yang terparkir.

BMKG mengatakan, durasi hujan batu es biasanya tidak lebih dari 10 menit. Di saat kejadian, direkomendasikan untuk mencari tempat berteduh, termasuk bagi yang mengendarai kendaraan roda empat.

Serta, jangan iseng mengumpulkan es-nya untuk dijadikan bahan cendol karena berpotensi mengandung polutan.

Komentar